Memahami Cloud Computing 1

05 August 2020

Pendahuluan

Istilah Cloud Computing saat ini ( bersama dengan beberapa istilah dalam dunia komputer dan teknologi informasi lainnya seperti : Machine Learning, Deep Learning, Artificial Intelligent, dan lain lainnya ) telah menjadi topik pembicaraan yang cukup sering diperbincangkan oleh berbagai lapisan masyarakat. Terutama, tentu saja, dalam masyarakat teknologi informasi itu sendiri. Pertanyaannya adalah : apakah yang dimaksudkan dengan Cloud Computing itu ? Adakah padanannya dalam tata bahasa Indonesia ?. Inilah yang akan dijelaskan di dalam artikel ini.

Istilah Cloud Computing dipopulerkan pertama sekali oleh Amazon ketika perusahaan ini memperkenalkan produk mereka yang bernama Elastic Compute Cloud tahun 2006 ( biasanya disingkat dengan EC2 ) dengan  mengambil referensinya dari  sebuah dokumen internal perusahaan Compaq Computer ( 1996 ) yang mana di dalam salah satu bagiannya  terdapat kalimat yang mengandung kata-kata  ( phrase ) :  cloud computing. ARPANET telah menggunakan simbol awan ini untuk menggambarkan jaringan-jaringan perangkat keras komputer yang dimilikinya pada tahun 1977. Kini istilah tersebut telah digunakan   untuk memberikan gambaran tentang proses dan pelayanan apa sajakah yang terdapat dalam konfigurasi suatu jaringan komputer .

Lihat gambar berikut :

Sumber : Wikipedia-Cloud Computing

Kumpulan simbol ini secara keseluruhan adalah merupakan gambaran tunggal tentang model service apakah yang diberikan oleh berbagai hardware tersebut melalui berbagai proses yang terjadi di dalamnya. Dengan kata lain dalam Cloud Computing ( sering diterjemahkan dengan salah kaprah sebagai komputasi awan; menurut hemat penulis sebaiknya istilah ini dibiarkan saja apa adanya karena makna yang dimaksud akan menjadi aneh rasanya.) kita akan menemui berbagai instalasi software yang akan  menjalankan proses-proses tersebut.

Pemanfaatan berbagai service yang ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan yang menyelenggarakan cloud computing ( disebut juga dengan singkat sebagai Cloud Provider ) dapat kita analogkan dengan model pelayanan yang terdapat dalam sebuah warnet. Sebuah warnet secara konseptual pada hakikatnya adalah juga sebuah cloud provider ( bisalah disebut sebagai sebuah micro cloud provider ). Mengapa demikan ? Marilah kita lihat sebuah contoh sederhana ketika seorang mahasiswa ingin menggunakan berbagai fasilitas yang ada disebuah warnet untuk kepentingan penulisan skripsinya.

 

Warnet

Pertama sekali si mahasiwa akan menemui terlebih dahulu administrator warnet tersebut untuk menanyakan segala sesuatu tentang pelayanan apa saja ( service ) yang ada dalam warnet tersebut. Seperti : bagaimanakah model pembiyaan penggunaan perangkat komputer yang ada tersebut ? bagaimanakah cara login ke dalam komputer yang akan dipakai ? Apakah sistem operasi yang digunakan oleh komputer-komputer di warnet tersebut ? Berapakah kecepatan CPU dan kapasitas memori yang di gunakan ? Dan seterusnya. Seluruh pertanyaan yang mungkin diajukan oleh si mahasiswa ( selanjutnya akan disebut sebagai user saja ) adalah untuk memastikan bahwa dirinya akan mendapatkan sebuah standard konfigurasi  sistem yang membuatnya nyaman dan aman ketika mulai bekerja menggunakan seluruh fasilitas yang disediakan oleh warnet tersebut.

 

Cloud Provider

Apa yang diuraikan dalam contoh di atas juga terjadi ketika seseorang atau sebuah perusahaan memutuskan untuk menggunakan cloud computing melalui sebuah cloud provider. Yang membedakannya dengan warnet adalah sebuah cloud provider dapat “didatangi” melalui internet dengan mengakses websitenya. Dalam website itulah user kemudian dapat melihat berbagai service yang ditawarkan oleh si cloud provider tersebut sekaligus biaya-biayanya. Dengan demikan sebuah cloud provider bisalah diibaratkan sebuah Warnet Online. Disini penekanannya adalah dalam hal model service yang ditawarkan : sebuah warnet menawarkan penyewaan hardware ( komputer ) dan sofware ( proses-proses ) dengan user langsung mendatangani lokasi dimana warnet tersebut berada, sementara dalam modus cloud computing user bisa melakukan hal yang sama dengan hanya mengakses fungsionalitas hardware dan software tersebut secara online. Jadi user ( perorangan atau perusahaan ) dalam hal ini memang tetap harus memiliki komputer-komputer yang akan menjadi tempat untuk mengakses sistem cloud compting yang diberikan oleh sebuah cloud provider. Namun, karena dalam mengakses berbagai service yang diberikan oleh cloud provider tidak memerlukan konfigurasi hardware komputer di level highend, maka tentu saja komputer-komputer tersebut akan jauh lebih murah biaya untuk pengadaanya. Bagi sebuah perusahaan tentu saja ini adalah sebuah bentuk penghematan yang signifikan dari sisi pengadaan barang-barang terkait pemrosesan data perusahaan tersebut.

 

Oleh : Ir. Moehammad Ferryzal


Whatsapp